Anastasya Laksani. Semua orang memanggilnya Sani.
Gadis kelahiran Medan, 21 November 1999. Dan anak tunggal. Mahasiswi Desain
Interior, semester akhir disalah satu universitas swasta di Yogya.
Brian Regan, adalah tunangannya. Sani menjalin
hubungan ketika keduanya duduk di bangku kelas 3 SMA. Sejak kelulusan SMA,
keduanya menjalin hubungan jarak jauh.. Karena Regan memilih kuliah di Medan.
Sani juga harus LDR dengan kedua orang tuanya, Fredy dan
Rossa, juga kedua sahabatnya Bella dan Khalila. Hanya Davin satu-satunya
sahabat yang satu kampus dengannya.
"Sayang aku kangen, kapan kita ketemu," ucap
Regan melalui video call
"Kan kamu tau sendiri sayang, semester ini aku
lagi sibuk banget”
“Kenapa sih, kamu selalu bilang sibuk-sibuk dan
sibuk?” protes Regan
“Ya kamu tau sendirikan sayang, ini semester akhir
loh, kamu ngerti dong!”
“Sekarang kamu tuh udah beda,” protes Regan
“Nggak ada yang beda sayang, keadaannya aja yang beda”
“Terserah!!” Regan mematikan sambungan teleponnya
sepihak
"Berantem lagi?” Tanya Davin. Sani mengangguk
dengan raut wajah sedihnya
"Udah, nggak usah sedih gitu, kan ada gue,”
“Thanks ya Vin. Gue nemuin Pak Sigit dulu ya, mau
konsultasi skripsi,” pamit Sani
"Gue temenin ya" tawar Davin, sambil
mengunyah sate telur puyuh pelengkap menu sarapannya pagi itu
"Nggak usah, kalau lu nemenin gue, berarti gue
harus nunggu lu dulu, sedangkan lu makan aja kayak Putri Solo gitu,"
"Sialan lu San," umpat Davin
Sesampainya di ruangan Sigit, Sani langsung mengkonsultasikan
skripsinya dengan serius dan tak lupa membisukan ponselnya. Seuasai konsultasi
Sani mengecek ponselnya, dan melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Olive.
Sanipun langsung menghubungi Olive kembali, tapi tidak ada jawaban.
***
Lewat tengah hari, selesai makan siang, setelah
mendapat kabar adik Regan ditemukan meninggal saat setelah Olive pergi dengan
Tristan, kekasih Olive. Davin langsung mencari keberadaan Sani di warung kelontong
milik Kang Johan.
"Kang, Sani tadi kesini nggak?"
"Kesini, Mas, tapi nangis, terus pergi,"
jelas Johan
"Oke, makasih Kang,"
Davin tertuju mencari Sani ke Bandara dan benar Davin menemui Sani disana.
***
Sani menangis dipelukkan Regan saat menyaksikan
pemakaman jasad Olive.
"Olive, maafin Mas, yang tidak bisa menjaga kamu,
Mas janji akan mencari siapa yang telah membunuh kamu," ucap Regan pada
nissan Olive
"Gays, pulang yuk, udah sedihnya, kalau kita
semua sedih, kasihan Olive," ucap Bella
"Iya, biarkan Olive tenang disana," ucap
Davin
Ketika Sani akan beranjak berdiri, Sani jatuh pingsan
dan segera dibawa menuju rumah sakit oleh Regan.
"Jadi gimana Dok, keadaan Sani?" Tanya Khalila
"Keadaannya sangat lemah sekali, tidak makan dan
syok yang sangat mendalam"
"Saya sarankan untuk dirawat barang kali semalam,
sampai keadaannya membaik," sambung Dokter Nita
"Baik Dok, terimakasih," ucap Regan
Tidak lama setelah Sani dipindahkan diruang Flamboyan,
Sani sadarkan diri
"San, gimana keadaan lu?" Tanya Bella dan
Khalilla
"Sani!" Teriak bahagia dari wajah Davin dan
memeluk Sani
"Sayang!" Panggil Khalila pada Davin. Iya,
Davin dan Khalila pacaran
"Reflek, bahagia sih," jawab Davin sambil
menunjukkan deretan gigi gisulnya. Regan yang merasa jengkel, ia langsung
menonyor kepala Davin asal.
***
"Laper nih," celetuk Regan setelah lelah
dengan ponselnya
"Gue juga," jawab Bella dan Davin bersamaan
"Yank, laper nggak? Mau apa?" Tanya Davin
pada Khalila yang sibuk dengan ponselnya
"Nggak deh, udah kenyang, ini aja aku mules mau
ketoilet," jawab Khalila
"Ketoilet dulu ya," pamit Khalila
"Gue dulu, mau kencing," sahut Rega
"Dihh... Gue juga bisa ke toilet luar,"
jawab Khalila sinis dan langsung keluar menuju toilet
"Sayang, aku keluar bentar ya," pamit Regan setelah
keluar dari toilet, pada Sani yang sudah tidur
"Iya sayang, balik lagi bawa makanan banyak ya,
aku laper," sahut Davin menirukan suara Sani
"Aduhhh!" Davin mengaduh kesakitan saat
Regan menonyornya dan langsung menuju parkiran
Tidak lama kemudian Khalila kembali ke ruangan dengan
wajah pucat yang direkayasa olehnya. Khalila berpamitan dengan Davin dan Bella
untuk pulang dengan alasan tidak enak badan. Padahal sebenarnya Khalila akan
pergi ke taman.
"Aku anterin ya," tawar Davin
"Nggak usah sayang, aku sendiri aja," jawab Khalila
"Iya Lil, biar di anter Davin aja, lu pucet
gitu,"
“Nggak papa, gue udah dijemput sopir kok,” dusta
Khalilla
"Iya udah, aku anter ke lobby," Davin
menggandeng tangan Kalilla menuju lobby. Sesampainya di Lobby Kalilla langsung
masuk ke mobil. Setelah kepulangan Khalilla panggilan masuk diponsel Davin dari
Regan
"Hallo, Re,"
"Vin, sorry gue dadakan banget ngabarin lu, gue
harus pulang karena gue besok harus bimbingan skripsi, tolong sampein ke Sani
besok ya," jelas Regan dusta
"Oke deh, good luck, Re,"
"Thanks, Vin,"
"Eh, bro, makanan gimana?"
"Makanan aja lu inget,"
"Laper bro," sahut Davin diiringi gelak
tawanya
"Udah, ntar dianter gojek,"
"Oke, bro, thanks," ucap Davin.
Dan Regan langsung menyusul Khalilla ke taman ke hati.
***
Hari ini Sani pulang kerumah bersama Fredy dan Rossa.
Sedangkan Regan pergi ke kampus untuk bimbingan skripsi dengan dosennya yang
sempat batal karena insiden Olive. Bella pulang saat subuh, karena akan
mengantar ibunya ke Bandung. Davin ada, tapi terlihat terburu-buru setelah
menerima panggilan dari Mona.
"Vin, ada apa?"
"Nggak tau, Tante Mona kedengarannya panik banget,
gue duluan ya San,"
"Duluan Om, Tante," pamit Davin ke orang tua
Sani
"Iya, hati-hati, Vin!" ucap Fredy pada Davin,
anak dari kakaknya itit
Setelah sampai di rumah Sani langsung meminta bantuan
Lastri menyiapkan bahan-bahan untuk memasak sup daging yang akan dibawa ke
apartemen Regan. Sani berencana memasak makan siang untuk Regan.
Pukul 08.30 Sani berangkat ke apartemen Regan bersama
dengan sopir kantor papanya.
"Makasih ya, Pak,"
"Iya, Non," sahut Tarjo.
Sani langsung menuju apartemen Regan, saat membuka
pintu, Sani terbelalak saat melihat banyak darah dilantai
"Regan," ucap Sani lirih dengan raut wajah
ketakutan. Sani mengikuti arah darah itu, yang membawanya pada kamar Regan
"Sayanggg!" Pekik Sani tertahan
Sani langsung menghubungi Davin, tapi tidak dijawab, kemudian
Sani meninggalkan pesan suara untuk Davin. Dengan kaki lemas dan tangan
gemetar, Sani membuka pintu kamar Regan.
"Lilla!" Teriak Sani histeris setelah
membuka kamar Regan, dan melihat sahabatnya terikat dikursi dengan bersimbah
darah ditubuhnya. Teriakan Sani membangunkan kedua insan yang tengah tertidur
pulas diatas ranjang dengan balutan selimut.
"Kalian," ucap Sani lirih saat melihat Regan
dan Bella
"Pembunuh!" Teriak Sani dan langsung
melarikan diri, namun Regan berhasil mencengkal tangan Sani
"Aku bisa jelasin,"
"Pembunuh!" Teriak Sani dihadapan Regan.
Regan menampar Sani seketika hingga tersungkur dihadapan Bella. Bella langsung
menginjak tangan Sani hingga sang empunya mengaduh kesakitan.
"Dengerin penjelasan aku dulu," pinta Regan
lembut
"Apa? Bahwa kalian pembunuh sekaligus
pengkhianat!" Ucap Sani sinis
Sani merintih kesakitan saat seketika Bella menarik
kasar rambut coklat Sani
"Jangan Bell," Cegah Regan saat melihat
pisau ditangan Bella.
“Tidak!!!” Teriak Sani saat Bella akan menghunuskan
pisaunya.
Saat itu pula Davin datang bersama dengan polisi dan langsung
menyergap Bella dan Regan dan membawanya ke kantor polisi untuk dimintai
keterangan kronologi kejadian pembunuhan Khalilla. Dan Sani sebagai saksi.
Flashback
Semua berawal dari kedatangan Khalilla yang tidak
disadari oleh Regan. Saat itu, Khalilla mau mengembalikan buku yang dipinjamnya,
Khalilla tidak sengaja mendengar percekcokan antara Olive dan Regan dan
Khalilla merekamnya.
“Sehat-sehat ya sayang didalem perut Mama," ucap
Regan sambil mengelus perut Bella
"Mas Regan, Mba Bella,” panggil Olive
"Olive," keduanya terhenyak kaget melihat
kedatangan Olive tiba-tiba
"Perut Mama," ucap Olive mengulang kalimat
Regan
"Mas Regan selingkuh?" Tanya Olive. Regan
menggelengkan kepalanya.
"Mba Sani harus tau, tentang ini," Olive
mengambil ponsel ditasnya dan menghubungi Sani tapi tidak ada jawaban. Bella yang ketakutan semuanya terbongkar
akhirnya Bella menusukkan pisau pada perut Olive
Jlebbb
Bella langsung melemparkan pisaunya ke sembarang arah karena ketakutan setelah menusukan
2 tusukan diperut Olive
"Olive!" Teriak Regan langsung memeluk Olive
"Kalian jahhh- hat,"
"Sayanggg, aku minta maaf, aku nggak tau lagi
harus mencegah dengan apa," tangis Bella pecah melihat Olive sudah tidak bernyawa
Regan segera membawa jasad Olive dan merekayasa kematianva
seolah-olah seperti kecelakaan. Regan dan Bella merasa aman setelah mengetahui
bahwa Tristan yang menjadi tersangka dibalik kematian Olive. Tapi saat di rumah
sakit Regan tidak sengaja mendengar percakapan Khalila dengan Tristan di telpon.
“Iya, Tris, mbak punya buktinya, kamu tenang aja,”
tutur Khalilah pada Tristan lewat sambungan telepon
"Oke. Di taman Permata Indah ya, mba tunggu
disitu,"
Regan membuntuti Khalilla. Sesampainya ditaman, Regan
membekap Khalilla yang sedang menunggu
Tristan hingga pingsan dan membawannya ke apartemen untuk meminta bukti itu.
Awalnya Regan meminta baik-baik tapi Khalilla tetap tidak memberikannya.
"Gue kasih waktu 5 menit buat lu,” ucap Regan. Lalu
meninggalkan Khalilla
Pada kesempatan itu Khalilla mengambil ponselnya untuk
mengirim pesan ke Sani perihal bukti itu. Tapi Regan sudah lebih dulu kembali
dan menendang ponsel Khalilla hingga remuk. Dan pesan itu belum terkirim.
“Sekarang kasih bukti itu ke gue,” bentak Regan
kehilangan kesabaran
“Nggak! Gue akan bongkar pengkhianatan lu dan Bella!”
Teriak Khalilla
Seketika Regan menghajar Khalilla seperti orang
kesetanan hingga Khalilla berakhir dengan mencekiknya dengan dasi. Setelah
Khalila tidak bernyawa lagi, Regan menyeretnya kedalam kamar dan mengikatnya di
kursi. Kemudian Regan menghubungi Bella untuk membantunya membuang jasad
Khalila.
Flashback off
Bella dan Regan terjerat pasal berlapis
yakni Pasal 338 KUHP dan Pasal 351 ayat 1 KUHP dengan ancaman mati atau hidup
hidup.
Sani menangis
tidak percaya setelah mengetahui
kebenarannya. Mata hazel yang penuh dengan keteduhan, tutur lembut, dan sifat sabar Regan mampu menyimpan
pengkhianatan tersadis selama ini.
Bella, orang yang sangat dipercaya, orang yang selalu menemani Sani
dalam keadaan apapun, hari itu juga mengkhianatinya.
Fitria Ayu Ningsih, nama
pena yang aku impikan akan menjadi nama besar bersama karya-karyaku nantinya.
Lahir 23 tahun lalu di kota Kasui, Lampung Utara. Seorang yang punya hobi
nonton, membaca dan menulis. Si cuek yang menyukai romantis. Jejaknya bisa dilacak melalui akun Instagram @nifiayu79.
Kicauannya kadang terselip di akun Facebook Fitria Ayu Ningsih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar